Ada satu kata indah di antara kata indah lainnya, kata itu adalah “tulus”. Lawan katanya adalah pamrih. Sama halnya dengan kata “jujur”. kata ketulusan menjadi kata yang mudah diucapkan akan tetapi susah untuk diaplikasikan. Kondisi ini membuat Kata ini nyaris punah karena semakin langka orang yang menyematkan ketulusan dalam setiap perbuatannya.
Ketulusan sering diibaratkan sebagai kertas putih. Ketulusan itu sesuatu yang hadir begitu saja, tanpa pretensi atau kepentingan apa pun untuk melakukan sesuatu. Ia seperti mata air yang mengalir dari kedalaman hati dengan sendirinya. Ia bening adanya.Bening berati tidak berwarna. Dari sudut pandang tradisi spiritual, ia bebas dari merah, jingga, kuning, dan bahkan putih serta warna-warna yang menyimbolkan nafsu amarah, nafsu kepemilikan, nafsu kepada lawan jenis, sampai nafsu yang sebetulnya paling ilahiah, yakni nafsu untuk mengumpulkan sebanyak mungkin nilai kebenaran.
Bening dapat diwarnai oleh apa saja namun ia juga menghadirkan semua warna seperti adanya tanpa merubah warnanya.Seperti halnya, air bening yang selalu menjadi tujuan dahaga, ketulusan juga menjadi dambaan jiwa yang kering. Ketulusan adalah harta yang esensial. Mungkin seseorang akan bahagia dengan memiliki uang, pangkat, atau jabatan. Bahagia karena uang, pangkat, atau kedudukan itu baru kemungkinan namun Bahagia karena ketulusan adalah kepastian.
Hadirnya ketulusan dalam hati mengisyaratkan kondisi hati yang sederhana. Sederhana dari perbuatan, sederhana dari kepentingan. Kalau diibaratkan bahwa Ketulusan adalah bahasa bayi, ia hanya memakai satu kata dari semua keinginan dan sesuatu hal paling dibencinya yaitu menangis. Ia diam bahkan tertidur ketika kebutuhannya sudah terpenuhi. Ketulusan Inilah yang terlihat dari setiap gerak bayi, gerakannya mampu membuat orang tersenyum bahkan menjadi moment yang diabadikan tanpa disadari bahwa ketulusannya membuat sesuatu yang sederhana menjadi luar biasa, menjadi bermakna dan abadi dalam ingatan. Ketulusan dan pamrih hanya dipisahkan oleh dinding yang sangat tipis. Kita sendiri sulit menilai dan tidak berani, apakah semua yang kita katakan dan lakukan sepanjang hidup ini telah berbingkai ketulusan. Menjalani hidup ini kadang masih saja ada kekecewaan yang tiba-tiba menyeruak tatkala kita tidak mendapatkan apa-apa atas apa yang telah kita perbuat.
Yang tanpa disadari kita sering Mengeluh, mengumpat, bahkan bersumpah atas nama Allah atas ketidakadilan yang terima.Ketulusan ini memberi pelajaran bahwa kita tidak boleh berharap kepada manusia. Kerjakan apa yang ingin kita kerjakan dengan niat yang baik dan penuh ketulusan serta lakukanlah apa yang dapat membuat orang lain tersenyum dengan bingkai ketulusan karena buah dari setiap ketulusan adalah pahala, ketenangan, ketentraman dan keberuntungan..
Salam dan semoga bermanfaat…
No comments:
Post a Comment