Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

11/2/13

Rahasia Timnas U19 Garuda Muda


Kalau bicara stamina dalam sepak bola, pasti kita akan teringat istilah VO2Max, sebuah istilah untuk mengetahui kapasitas jantung dan paru-paru atlet untuk menangkap oksigen secara maksimal

Dengan bahasa lain, VO2Max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Semakin banyak oksigen yang diserap, semakin baik pula kinerja otot dalam bekerja. Zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan pun jumlahnya semakin sedikit.

Seorang pemain sepak bola dengan nilai VO2MAX semakin tinggi, maka semakin bagus staminanya. Begitu pun sebaliknya semakin rendah nilainya, semakin jelek stamina seorang pemain.

Sangat mudah melihat perbandingan kedua hal tersebut. Rata-rata pemain Eropa bisa berlari dengan power full 2×45 menit karena nilai VO2MAX mereka tinggi diatas rata-rata pemain Indonesia. Sedangkan para pemain timnas Indonesia (minus timnas U19) kelihatan sekali stamina mereka jeblok setelah memasuki babak kedua karena nilai VO2MAX nya jauh di bawah para pemain Arsenal, Liverpool, Chelsea, maupun Belanda yang pernah mereka lawan sebelum ini.

Sebenarnya VO2Max tidak harus identik dengan pemain sepak bola. VO2max juga menjadi salah satu acuan para pendaki gunung es, khususnya gunung-gunung yang memiliki tinggi lebih dari 4.000 mdpl. Mereka diharuskan memiliki kapasitas Vo2Max dengan nilai tertentu, hal ini akan memperlancar pergerakan mereka sewaktu mendaki gunung.

Dengan mengetahui nilai VO2MAX para pemain maka kita punya parameter untuk menilai stamina para pemain. Dan juga dengan mengetahui VO2MAX pemain, bisa disusun program perbaikan stamina pemain. Kemajuannya pun bisa dilihat karena nilainya bisa ditentukan dari VO2MAX tersebut.

Sangat disayangkan selama ini parameter VO2Max kurang mendapat perhatian klub Indonesia maupun PSSI. Dan ternyata hal ini terlihat wajar terjadi karena seorang pelatih timnas senior pun tidak menganggap VO2Max menjadi hal yang penting.

Coba simak apa kata pelatih terbaik ISL yang juga sebagai pelatih timnas senior, Jacksen F. Tiago
“Bagi saya, Vo2Max yang kerap dijadikan patokan mengukur stamina pemain itu tidak terlalu pengaruh. Pasalnya, setiap posisi memerlukan kemampuan berbeda-beda. Striker misalnya. Mereka memerlukan explosive power. Sementara posisi gelandang memerlukan endurance. Yang terpenting, tim pelatih dan pemain sama-sama mengerti kondisi mereka” tegas JFT. Link http://www.bola.net/tim_nasional/gag...na-068592.html  Pertanyaannya, bagaimana seorang pelatih mengetahui dan mengerti kondisi stamina pemain?

Kemajuan teknologi sudah ditawarkan untuk mengukur level stamina pemain dengan parameter VO2Max tersebut. Tapi bagi pelatih JFT, hal itu sepertinya tidak bisa dijadikan patokan dan tidak dianggap berpengaruh terhadap anak asuhnya.

Padahal kalau mau jujur, faktor staminalah salah satu kelemahan timnas senior Indonesia. Bahkan ada yang memberi istilah timnas 60 menit karena hanya sampai di situ stamina pemain tersebut prima. Selebihnya sudah gak jelas karena stamina yang drop sehingga permainan pun jadi tidak berkembang. Mungkin inilah jawaban kenapa selama ini stamina pemain timnas kita tidak bagus untuk bermain full 2×45 menit.

Kalau pelatih timnasnya saja tidak perhatian dengan masalah VO2Max, lalu bagaimana kita mengharapkan pelatih klub-klub di kompetisi tertinggi perhatian dengan hal itu?! Dan bagaimana pula kita berharap timnas kita (selain timnas U19) bisa bermain dengan stamina ok yang bisa bermain full power selama 120 menit tanpa lelah. Ditambah harus bermain tiap 2 hari sekali dalam sebuah kejuaraan seperti yang pernah ditunjukkan juniornya, timnas U19, di AFF Cup kemarin.

Atau jangan-jangan, Coach Indra Sjafrie dan kita semua yang salah ya karena mengganggap VO2Max itu penting bagi para pemain timnas?
 Pernah semua pemain timnas Indonesia dites nilai VO2MAX nya tertinggi hanya dimiliki M. Taufiq yang mencapai 60. Makanya jelas kelihatan bagaimana taufik bisa menjelajahi lapangan dengan baik selama 2×45 menit.

Standar pemain lokal Indonesia, biasanya nilai VO2MAX nya 56 sedangkan untuk pemain asing 60. Dengan nilai standar tersebut, masih banyak pemain timnas yang nilai nya masih dibawah standar. Ini menjadi PR tersendiri bagi klub Indonesia dan juga BTN untuk meningkatkan nilai VO2MAX pemain timnas. Karena disinilah salah satu letak kelemahan para pesepakbola Indonesia, staminanya tidak cukup kuat untuk mengarungi 90 menit pertandingan dengan tenaga prima.

Bahkan baru-baru ini, hasil pengetesan 11 pemain muda indonesia yang berkompetisi di Uruguay dibawah payung nama SAD yang dititipkan ke timnas U19 asuhan Indra Sjafrie, nilainya masih dibawah standar. Menurut coach Indra, nilai mereka rata-rata 52 masih kalah dibandingkan pemain Persebaya 1927, Evan Dimas, yang sama-sama menghuni skuad U19 yang memiliki VO2MAX 59. (Agustus lalu)
 

No comments:

Post a Comment

 

Facebook